Laman

Rabu, 16 Maret 2011

Perbedaan Jilbab dan Kerudung

Memang dalam pembicaraan sehari-hari umumnya masyarakat menganggap jilbab sama dengan kerudung. Anggapan ini kurang tepat. Jilbab tak sama dengan kerudung. Jilbab adalah busana bagian bawah (al-libas al-adna) berupa jubah, yaitu baju longgar terusan yang dipakai di atas baju rumahan (semisal daster). Sedang kerudung merupakan busana bagian atas (al-libas al-a'la) yaitu penutup kepala. (Rawwas Qal'ah Jie, Mu'jam Lughah Al-Fuqaha`, hal. 124 & 151; Ibrahim Anis dkk, Al-Mu'jam Al-Wasith, 2/279 & 529).

Jilbab dan kerudung merupakan kewajiban atas perempuan muslimah yang ditunjukkan oleh dua ayat Alquran yang berbeda. Kewajiban jilbab dasarnya surah Al-Ahzab ayat 59, sedang kewajiban kerudung (khimar) dasarnya adalah surah An-Nur ayat 31.

Mengenai jilbab, Allah SWT berfirman (artinya),"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min,'Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' (QS Al-Ahzab: 59). Dalam ayat ini terdapat kata jalabib yang merupakan bentuk jamak (plural) dari kata jilbab. Memang para mufassir berbeda pendapat mengenai arti jilbab ini. Imam Syaukani dalam Fathul Qadir (6/79), misalnya, menjelaskan beberapa penafsiran tentang jilbab. Imam Syaukani sendiri berpendapat jilbab adalah baju yang lebih besar daripada kerudung, dengan mengutip pendapat Al-Jauhari pengarang kamus Ash-Shihaah, bahwa jilbab adalah baju panjang dan longgar (milhafah). Ada yang berpendapat jilbab adalah semacam cadar (al-qinaa'), atau baju yang menutupi seluruh tubuh perempuan (ats-tsaub alladzi yasturu jami'a badan al-mar`ah). Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsir Al-Qurthubi (14/243), dari berbagai pendapat tersebut, yang sahih adalah pendapat terakhir, yakni jilbab adalah baju yang menutupi seluruh tubuh perempuan.

Walhasil, jilbab itu bukanlah kerudung, melainkan baju panjang dan longgar (milhafah) atau baju kurung (mula`ah) yang dipakai menutupi seluruh tubuh di atas baju rumahan. Jilbab wajib diulurkan sampai bawah (bukan baju potongan), sebab hanya dengan cara inilah dapat diamalkan firman Allah (artinya) "mengulurkan jilbab-jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Dengan baju potongan, berarti jilbab hanya menutupi sebagian tubuh, bukan seluruh tubuh. (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham al-Ijtima'i fil Islam, hal. 45-46).

Jilbab ini merupakan busana yang wajib dipakai dalam kehidupan umum, seperti di jalan atau pasar. Adapun dalam kehidupan khusus, seperti dalam rumah, jilbab tidaklah wajib. Yang wajib adalah perempuan itu menutup auratnya, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, kecuali kepada suami atau para mahramnya (lihat QS An-Nur : 31).

Sedangkan kerudung, yang bahasa Arabnya adalah khimar, Allah SWT berfirman (artinya),"…Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…" (QS An-Nur: 31). Dalam ayat ini, terdapat kata khumur, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari khimaar. Arti khimaar adalah kerudung, yaitu apa-apa yang dapat menutupi kepala (maa yughaththa bihi ar-ra`su). (Tafsir Ath-Thabari, 19/159; Ibnu Katsir, 6/46; Ibnul 'Arabi, Ahkamul Qur`an, 6/65 ).

Kesimpulannya, jilbab bukanlah kerudung, melainkan baju jubah bagi perempuan yang wajib dipakai dalam kehidupan publik. Karena itu, anggapan bahwa jilbab sama dengan kerudung merupakan salah kaprah yang seharusnya diluruskan. Wallahu a'lam. 

Apakah Tuhan itu Ada ?

Hidup adalah pilihan.

Yah, demikianlah 3 kata yang benar-benar memotivasi saya dalam hidup ini. Ketika ada getir yang tersirat atau hasrat yang tidak sesuai keinginan, kata-kata ini bak alarm yang selalu mengingatkan bahwa hidup ini hanyalah bagaikan berada di waktu pagi atau sore hari. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata bijak dari seorang motivator ternama, Ustadz Felix Siauw. Saya masih ingat ketika itu kami semua berada dalam sebuah acara luar biasa yang diselenggarakan DKM Unpad tepatnya Studi Dasar Islam.

Saya tidak pernah bermimpi sedikitpun untuk menuntut ilmu sastra di Unpad. Mungkin sudah sewajarnyalah ketika saya seorang lulusan IPA di SMA bercita-cita untuk melanjutkan ke Fakultas Teknik. Namun, karena hidup adalah pilihan, akhirnya Allah memilih saya untuk menjadi salah satu bagian dari fakultas sastra.

Well, menyuarakan islam disastra mungkin tidaklah sama dengan di fakultas lain, karena kami adalah salah satu fakultas yang non eksakta, artinya kebanyakan orang di fakultas kami itu mempunyai daya nalar kritis yang lebih dibandingkan dengan fakultas eksak lainnya (sebagian besar). Masalahnya adalah, ketika saya menyuarakan syariat islam, bahkan merekapun berpikir “ emang Tuhan ada yah?” atau mungkin ada yang bertanya, "kenapa tuhan saya Allah, bukan ini bukan itu atau semacamnya?". Waw, luar biasa bukan? Karena hidup ini adalah pilihan, dan itulah sastra :)

Benarkah Tuhan itu ada? Yah, mungkin ini pertanyaan yang sering saya ajukan ketika saya masih kecil, bahkan saya dulu mengira bahwa Allah itu adalah hakim yang sering memakai jubah besar :p , tapi seiring pemahaman akhirnya saya menemukan jawabannya.Untuk menjawab mengapa tuhan itu Allah SWT, kiranya perlu dibuktikan terlebih dahulu benarkah tuhan itu ada?

Bukti bahwa segala sesuatu mengharuskan adanya Pencipta yang menciptakannya, sesungguhnya dapat diterangkan sebagai berikut: Bahwa segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal, terbagi dalam tiga unsur, yaitu; manusia, alam semesta dan kehidupan (nyawa/biotik). Ketiga unsur ini bersifat terbatas, lemah, serba kurang, serta saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Misalnya manusia. Manusia terbatas sifatnya, karena ia tumbuh dan berkembang sampai pada batas tertentu yang tidak dapat dilampuinya lagi, setelah itu kita mengenal proses yang namanya kematian. Karena itu, jelaslah bahwa manusia bersifat terbatas. Begitu pula halnya dengan hidup/kehidupan (nyawa/biotik). Juga bersifat terbatas. Sebab, penampakannya bersifat individual semata. Bahkan, apa yang kita saksikan selalu menunjukkan bahwa hidup ini berakhir pada satu individu itu saja (kematian). Dengan demikian, jelas bahwa hidup itu bersifat terbatas. Alam semesta pun demikian, memiliki sifat terbatas. Sebab, alam semesta merupakan himpunan dari benda-benda angkasa, yang setiap bendanya memiliki keterbatasan. Sedangkan himpunan segala sesuatu yang terbatas, tentu terbatas pula sifatnya. Jadi, alam semestapun bersifat terbatas. Kini jelaslah bagi kita bahwa manusia, kehidupan (nyawa/biotik) dan alam semesta, ketiganya bersifat terbatas.

Apabila kita melihat kepada segala sesuatu yang bersifat terbatas, bisa kita simpulkan bahwa ia tidak "azali", tidak berawal dan tidak berakhir. Sebab bila ia bersifat azali, tentu tidak mempunyai keterbatasan. Dengan demikian jelaslah bahwa segala hal yang terbatas pasti diciptakan oleh ''sesuatu yang lain''. ''Sesuatu yang lain'' inilah yang disebut Al Khaliq. Dialah yang menciptakan manusia, kehidupan dan alam semesta. Jadi, Manusia, kehidupan dan alam semesta bersifat terbatas. Sesuatu bersifat terbatas pastilah ada yang membuatnya. Sesuatu yang terbatas itu dinamakan dengan makhluk. Maka Manusia, kehidupan dan alam semesta adalah makhluk. Lalu siapakah yang menciptakan makhluk? Dia adalah sang Pencipta, Al Khalik.

Dalam menentukan keberadaan Pencipta ini akan kita dapati tiga kemungkinan. Pertama, Ia diciptakan oleh yang lain. Kedua, Ia menciptakan diriNya sendiri. Ketiga, Ia bersifat azali-tidak berawal dan berakhir- dan wajibul wujud –wajib adanya. Kemungkinan pertama bahwa Ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentulah Ia bersifat terbatas, ada yang menentukan awalnya. Begitu pula dengan kemungkinan kedua, yang menyatakan bahwa Ia menciptakan diriNya sendiri. Sebab, bila demikian berarti Dia sebagai makhluk dan Khaliq pada saat yang bersamaan. Suatu hal yang jelas-jelas tidak dapat diterima. Yang tepat Al Khaliq ini haruslah bersifat azali dan wajibul wujud. Dan Islam menyebut Al Khalik ini dengan sebuah nama khusus yaitu Allah SWT. Bukan Iman Yang Lemah Sesungguhnya siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan - -hanya dengan adanya benda-benda yang dapat diinderanya-- bahwa di balik benda-benda itu pasti terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Sebab, fakta menunjukkan bahwa semua benda itu bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan satu dengan lainnya. Hal ini menunjukkan segala sesuatu yang ada hanyalah makhluk . ( An Nabhani, Nidzamul Islam hal 4).

Oleh karena itu untuk membuktikan adanya Al Khaliq Yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengalihkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Dengan mengamati salah satu planet yang ada di alam semesta, atau dengan merenungi fenomena hidup dan atau meneliti salah satu bagian dari diri manusia, tentulah akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan adanya Allah SWT. Oleh karena itu dalam Al Qur`an, kita senantiasa menjumpai ajakan untuk mengalihkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada, seraya mengajaknya turut mengamati dan memfokuskan perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya atau yang berhubungan dengannya, agar dapat membuktikan adanya Allah SWT. Sebab, dengan mengamati benda-benda tersebut, bagaimana satu dengan yang lainnya saling membutuhkan (dari segi keberadaan dan perkembangan kepada sesuatu), akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan dan pasti pada dirinya akan adanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur

Dalam Al Qur`an telah dibeberkan ratusan ayat yang berkenaan dengan hal ini, antara lain firman-firman Allah SWT: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal" (QS Ali Imran: 190). "(Dan) Di antara tanda-tanda kekuasaanNya adalah diciptakanNya langit dan bumi serta berlain- lainannya bahasa dan warna kulitmu" (QS Ar Rum: 22). "Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?" (QS Al Ghasyiyah: 17-20). "Hendaklah manusia memperhatikan dari apa ia diciptakan? Dia diciptakan dari air memancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dengan tulang dada perempuan" (QS At Thariq: 5-7). "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. Silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya bahtera di laut yang membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering). Dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan. Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan" (QS Al Baqarah: 164).

Banyak lagi ayat serupa lainnya, yang mengajak manusia untuk memperhatikan benda-benda alam dengan seksama, atau melihat apa yang ada di sekelilingnya, maupun yang berhubungan dengan keberadaan dirinya. Ajakan itu adalah untuk dijadikan petunjuk akan adanya Pencipta yang Maha Pengatur, sehingga dengan demikian imannya kepada Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar pada akal dan bukti yang nyata. Memang benar, bahwa iman kepada adanya Pencipta Yang Maha Pengatur ini merupakan fitrah pada setiap manusia. Tapi kebanyakan iman yang fitrah ini muncul dari perasaan yang berasal dari hati nurani belaka. Cara seperti ini bila dibiarkan begitu saja, tanpa dikaitkan dengan akal, sangatlah riskan akibatnya serta tidak dapat dipertahankan lama. Dalam kenyataannya, perasaan tersebut sering menambah-nambah apa yang diimani, dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya. Bahkan ada yang mengkhayalkannya dengan sifat-sifat tertentu yang dianggap lumrah terhadap apa yang ia imani. Tanpa sadar, cara tersebut justru menjerumuskannya ke arah kekufuran dan kesesatan. Penyembahan berhala, khurafat (cerita bohong) dan ajaran kebathinan, tidak lain merupakan akibat salahnya reaksi dari perasaan hati ini.

Oleh karena itu, Islam tidak membiarkan perasaan hati sebagai satu-satunya jalan menuju iman. Hal ini dimaksudkan agar seseorang tidak menambah sifat-sifat Allah SWT dengan sifat yang bertentangan dengan sifat-sifat ketuhanan; atau memberinya kesempatan untuk mengkhayalkan penjelmaanNya dalam bentuk materi; atau beranggapan bahwa untuk mendekatkan diri kepadaNya dapat ditempuh melalui penyembahan benda-benda, sehingga menjurus ke arah kekufuran, syirik, khurafat dan imajinasi yang keliru yang senantiasa ditolak oleh iman yang lurus. Oleh karena itu Islam menegaskan agar senantiasa menggunakan akal disamping adanya perasaan hati. Islam mewajibkan atas setiap ummatnya untuk menggunakan akal dalam beriman kepada Allah SWT, serta melarang bertaqlid dalam masalah aqidah. Untuk itulah Islam telah menjadikan akal sebagai timbangan dalam beriman kepada Allah, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal" (QS Ali Imran 190). Dengan demikian setiap muslim wajib menjadikan imannya betul-betul muncul dari proses berfikir, selalu meneliti dan memperhatikan serta senantiasa bertahkim (merujuk) kepada akalnya secara mutlaq dalam beriman kepada Allah SWT.

Jadi, Biasakan berpikir rasional, yakni mencerna sesuatu sesuai dengan faktanya, dalam sebuah riwayat : Bertanya seseorang kepada seseorang arab baduy "bagaimana kau bisa membuktikan keberadaan Tuhan mu?" Jawab nya (orang arab baduy) sambil menunjuk kepada tahi (kotoran) unta : "tahi unta itu menandakan beberapa waktu lalu ada unta di sini (sekalipun untanya sudah tidak ada.pen) dan jejak kaki anda di pasir itu menandakan ada seseorang yang menjejakannya (berjalan)." (al hadits) Alam dan seisinya termaksud manusia ada karena sesuatu, dan sesuatu itu ada karena sesuatu dan seterusnya, sampai akal manusia tidak mampu lagi mendefinisikannya. Pada saat ini akal akan berkata sesuatu ini berasal dari sesuatu yang tak dapat terindera (ghaib). Jadi akal masih bisa menyakini atau mengimani yang ghaib dan tak terindera melalui yang dapat diinderanya. Wallahu'alam bisshawab

Jatinangor, March 12, 2011

Karena hidup adalah pilihan :)

Keajaiban Menulis :)

Coba bayangkan, ingatkah kita ketika pertama kali kita terlahir ideologis? Sudah berapa banyak buku kah yang telah kita baca? Salahkah jika kita membuat SATU tulisan atau SATU buku saja untuk dibaca semua orang?

Ukhtifillah, kali ini saya menulis tentang hal-hal berbau jurnalistik, salah satunya adalah menulis. Mungkin banyak yang terheran-heran dengan judul notes saya diatas. Benarkah menulis itu merupakan sebuah keajaiban? So, baca notes nya sampai habis kemudian amalkan :)

Sebagai pengemban dakwah tentunya kita membutuhkan skill, terutama berbicara dan juga menulis. Mengapa? Karena saya punya motto TALK MORE DO MORE, kita memang dituntut untuk menyampaikan islam ditengah-tengah masyarakat, maka dari itu kita harus mempunyai skill berbicara. Namun, tak disangkal bahwa dengan hanya mengandalkan lisan saja dakwah nampaknya kurang “berasa”dan tidak menjangkau semua pihak. Maka dari itu, menulis menjadi salah satu solusi agar dakwah kita semakin gencar. Jadi, TALK dengan lisan dan DO dengan menulis.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

— Pramoedya Ananta Toer

I like it, saya suka sekali dengan quotes ini. Kiranya jelas sekali, bahwa menulis akan mengabadikan kita dalam sejarah. Coba bayangkan bagaimana kita tahu bahwa Nabi Muhammad selalu melakukan ini dan itu kalau orang-orang tidak menuliskan apa yang beliau lakukan dan katakan?. Coba bayangkan pula ketika Allah tidak menurunkan Al-Qur'an. Mau dibawa kemana hidup kita?

Tentunya, menulis itu bukanlah bakat. Namun menulis itu hanyalah niat. Ya, menulis itu 90% niat dan 10% adalah bakat. Dengan menuliskan huruf A pada kertas atau ms.word, inspirasi yang lain itu hanya akan mengikuti. Seperti yang dikatakan oleh Ellison : Mulai lah menulis, jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja. Yang penting menulis dulu. Tulis draft pertamamu itu dengan hati. Baru nanti kau akan menulis ulang dengan kepalamu. Kunci utama menulis adalah menulis, bukannya berpikir.

Ya, banyak orang besar diawali dari menulis. Fatima Mernissi mengatakan : Usahakan menulis setiap hari, niscaya kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa! Dari saat anda bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung dibawah mata anda akan segera lenyap dan kulit anda akan terasa segar lagi. Menjelang tengah hari, ia berada dalam kondisi prima. Dengan kandunga aktifnya, menulis menguatkan struktur kulit ari anda. Pada akhir hari, kerut-kerut anda sudah memudar dan wajah anda menjadi lembut kembali.

Mulailah menulis. Mulailah besok. Bangunlah satu jam lebih awal dan duduklah dengan sebatang pena didepan selembar kertas kosong atau bukalah laptop anda dan ketikan beberapa kata. Sabarlah dengan itu. Sabar. Sangat sabar. Tiba-tiba, sesuatu akan terjadi. Kertas itu akan menjadi hidup, bahkan pena itu tak dapat menandingi pikiran anda yang melaju begitu cepat. Benak anda akan tergugah, tubuh anda akan dipenuhi energi dan gagasan-gagasan anda akan bermunculan.

Menulislah selama satu jam setiap harinya. Apa saja. Boleh apa saja. Bahkan, anda boleh menulis kepada Universitas Padjadjaran yang menaikan harga SPP. Sah-sah saja. Atau andapun bisa menulis tentang dosen yang telat hadir pada mata kuliah di fakultas anda.

Namun, menulis bukanlah bertarung tinju. Ketika anda bermain tinju, maka perut dibalas dengan pukulan perut, hidung dengan hidung. Kalau yang berdarah bukan anda, maka adalah lawan anda. Sungguh, bukan demikian esensi dari menulis. Ketika menulis, semua yang terlibat harus mempertahankan perut atau hidungnya masing-masing. Jadi, menulis berarti membuat “target” anda menjadi teman berbicara anda.

Menulis juga berarti membuat seseorang yang awalnya acuh tak acuh pada anda menjadi pembaca yang penuh perhatian. Dan, inilah sesungguhnya yang membedakan menulis dengan tinju. Dengan menulis pula, anda akan mengubah “monster-monster” disekeliling anda menjadi teman berbicara yang mengagumkan, yang nantinya akan mendengarkan anda dengan senang hati. Anda tidak perlu berteriak-teriak jika ingin ide anda di dengarkan. Cukup ambil sebatang pena, tuliskan ide-ide anda, dan keajaiban pun akan terjadi. Begitu anda menulis, orang-orang akan menaruh lebih banyak perhatian tentang apa yang akan anda katakan. Intinya, Jadikan, menulis itu sebagai kesenangan, ajang untuk berbicara, berbagi, membebaskan ide-ide anda, dan tunggulah sampai keajaiban menulis itu datang.

Jadi, menulis dan bermimpilah. Apa ruginya jika kita mengkhayalkan suatu dunia yang lebih baik?

Wallahu'alam bisshawab

Jatinangor, 14 Maret 2011

Karena hidup adalah pilihan, dan pilihan kita adalah untuk berkarya dalam lisan dan tulisan :)

Sabtu, 05 Februari 2011

Yogya in My View

God, I miss u, I need you, and I love you.

First of all, I would like to say ‎​thx in advance, because without You I am nothing, indeed.
Last days, I went to Yogyakarta to meet my relations. You know, I loved Yogyakarta very much, because Yogya is a small country with kind people, its food also is the cheapest one in the country , perhaps. I could buy food with Rp.1000,-, it was awesome I thought. In Yogya, we can also see"Batik", the traditional cloth. The cloth is very beautiful one, at least for me because Batik is a very unique cloth that I have ever seen. Yes, there are the uniqueness from Yogya. On the other side, I was very sad when I saw the truth about Yogya. At that time, it was 9 o'clock AM and I went to Malioboro to buy something. Did you know guys? There were a lot of people, especially youth who sat on the road, drunk something, made a joke between girls and boys, and sure without controlling. It was important to note that it happened everyday and almost midnight. Astagfirullah. Actually, I was proud because, there is located Gadjah Mada University with a lot of smart people there. In addition, Yogya is also known as educational city. How great it is. But, in social intercourse, Yogya is very bad, until now. I am from Yogyakarta, but I view the truth from my trully eyes. I loved Yogya, but I hate Yogya also. I think, now girls and boys don't have an exact border in social intercourse. Because of that, they think that it's the freedom era, so everyone can do everything. What!!!! Are you sure? I don't think so. It's capitalism era and so the system makes us in trouble, even the biggest trouble. Yes, when people separate the religion and life. It's bad, very bad. How is the solution? Back to Islamic government which had been in the world for 1300 years. So, say together ...back to Khilafah Islamiyah with Islamic rules. Allahuakbar