Laman

Senin, 18 Januari 2021

Fitrah seorang perempuan : menyusui sebagai tanda cinta Allah



Assalamu'alaykum sahabat blogger, masya allah sudah lama tidak posting 😊

Sedikit mencurahkan perasaan, Setiap diminta ngisi kajian, terkadang selalu sedih sendiri pas ngisi. Materi yang disampaikan selalu recalling kepada diri sendiri. Dan memang entah ada energi apa yang mengalir setelah selesai kajian, hati menjadi tidak kosong dan bahagia. Mungkin rasanya sama seperti selepas shalat malam yang khusyu. Ada energi yang terselip memuaskan dahaga jiwa


Apalagi kalau diminta mengisi tema fitrah perempuan, pastinya akan menjadi pengingat diri sendiri tentang maha baiknya Allah pada perempuan

Dikala banyak kesempatan untuk mengeluh, tetapi lisan ini memilih untuk bersyukur. Lihat saja, bagaimana Allah menyimpan keutamaan pada fitrah seorang perempuan sebagai ibu.

Sebelum menikah, mengira fase hamil melahirkan adalah yg paling menantang, tetapi setelah dilalui ternyata menyusui jg menantang. Dan bukan hanya menyusui, tetapi masa mpasi, menyapih, tumbuh kembang dsb ternyata lebih menantang 😁

Eh, semuanya ya 🧸

Untukku ibu menyusui dan semua ibu di dunia ...ingatlah 

“Maka, tidak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat” (Mustadrak Al Wasail)

Dalam riwayat Thabrani dan Ibnu Asakir ditambahkan , jika ia melahirkan lalu ia mengeluarkan susu dari payudaranya dan dihisap oleh bayinya, setiap hisapan dan tegukan mendapatkan satu pahala. Jika ia berjaga sepanjang malam (karena melayani bayinya) ia mendapat pahala seperti pahala orang yang memerdekakakan 70 orang budak di jalan Allah

“Ketika ia menyapih anaknya, Allah berfirman ‘ Wahai perempuan, aku telah mengampuni dosa dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu” (Mustadrak Al Wasail)

Rasulullah SAW juga bersabda bahwa saat seorang ibu menyusui anaknya, selesai menyusui malaikat pun meletakkan  tangannya ke atas sisi perempuan itu seraya berkata ‘Mulailah hidup yang baru karena Allah telah mengampuni semua dosa doaamu”

Masya Allah 🥰🥰🥰❤️

Sabtu, 15 Februari 2020

Selamat Dua Bulan, Anakku Aufar :)




Memulai kembali menulis blog setelah hampir tiga tahun hiatus rasanya seperti membuka lembaran baru dengan banyak kisah yang ingin diceritakan tetapi bingung mulai dari mana hehe. Bukan karena malas menulis, tetapi karena sifat seorang Yul yang ingin “perfect” ini, menginginkan menulis lebih terstukrur dan sistematis juga terlalu banyak perencanaan, hingga akhirnya tidak pernah terjadi. Well, ternyata apalah artinya perencanaan tanpa eksekusi, jadinya hanya ide-ide yang berseliweran di pikiran tanpa pernah tertuang. 


Mengapa akhirnya kembali menulis?

Yeay, sederhana karena teringat sebuah kalimat bahwa “writing for healing” . Menulis dapat menyembuhkan sesuatu hal yang dianggap “penyakit”. Tetapi bagi saya, menulis adalah dalam rangka rekreasi karena saya butuh hiburan dan mencoba kembali produktif. Saya berusaha menantang diri saya bahwa sebagaimanapun saya sibuk untuk mengurus keluarga, bisnis, ataupun dakwah, tetapi berbagi pada orang lain juga tidak boleh dilupakan dan menulis adalah dalam rangka itu semua. Apalagi tahu dong ya, kalau perempuan itu harus bercerita dalam sehari, kalau nggak kepalanya pusing, eh bukan semua perempuan, mungkin saya J

Membuka lembaran baru

Menulis pertama kali di 2020 rasanya sangat membahagiakan setelah memulai banyak peran baru yang menuntut saya melakukan banyak hal dan tetap waras tentunya. Peran sebagai istri dan ibu yang baru saja dua bulan sangat membahagiakan sekaligus menantang. Membahagiakan karena memiliki malaikat kecil yang senantiasa tersenyum kalau diajak bercanda dan memiliki seorang pendamping yang luar biasa.

Alhamdulillah, Masya Allah tabarakallahu…selamat dua bulan anakku sayang, M. Aufar Razi Asysyahid. Apalah artinya tangismu dibandingkan melihat tumbuh kembangmu setiap harinya. Memilikimu mengubah seluruh hidup bunda, terlebih mengajarkan bunda tentang apa artinya kesabaran, cinta pada orang tua, serta berkorban. Syukur bunda kepada Allah yang telah percaya untuk menjagamu, walau terkadang masih bingung menghadapimu tetapi bunda akan belajar setiap harinya mengikuti kebiasaanmu yang berubah.

Menjadi seorang ibu adalah tentang kesabaran, berkorban, dan mencintai orang lain melebihi diri sendiri 
Jika suatu saat Aufar membaca ini, bunda menulis ditemanimu yang sedang tersenyum sendiri. Saat ini Aufar sudah bisa melihat, tersenyum jika diajak becanda, dan banyak memainkan air liur. Aufar juga sudah jarang menangis, mungkin karena sudah bisa melihat dan udara sejuk ya, Nak. Kalau dulu awal-awal, di tambah panas Aufar selalu minta digendong. Nah, sekarang sudah berat jadinya Aufar ngerti ya kalau bundanya udah gak bisa gendong karena berat, hehe

Terimakasih Aufar sudah membuat bunda merasa dibutuhkan, terutama saat menyusuimu. Itu rasanya menyenangkan dan menenangkan untuk bunda, ya walau dulu sempat lecet dan mastitis tetapi semua bisa dilewati karena support banyak orang. Terimakasih Aufar, selamat dua bulan anakku, doakan ayah dan bunda bisa terus membersamaimu dan kita bertiga berkumpul kembali di akhirat J

Makassar, 15 Februari 2020
With love
Ummu Aufar 

Senin, 10 April 2017

Ku Cukupkan Syukurku pada Pilihan Kedua

sumber : google.com

Ada pepatah yang mengatakan bahwa pilihan pertama adalah pilihanmu, tetapi pilihan yang kedua adalah pilihan Allah. Maka, jika yang pertama tidak terkabul…tunggulah sesaat karena Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.


Pepatah tersebut nampaknya sejalan dengan skenario Allah SWT pada hidupku. Kenapa aku bilang begitu? Ya karena pola ini sudah berulang beberapa kali. Bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi berkali-kali. Seperti kejadian beberapa hari yang lalu, yaitu ketika aku kehilangan botol Tupperware karena tertinggal di bus oleh saudaraku. Sebenernya sedih, karena botol itu dari Malaysia dan susah dapet di Indonesia. Tetapiiii,  tak sampai beberapa hari Allah ganti dengan yang lebih baik. Beneran lebih baik, soalnya lebih gede. Ada aja yang ngasih tanpa diminta. Alhamdulillah rezeki anak shalihah. Hehehe. Atau misalnya, beberapa hari lalu aku ‘kehilangan’ uang dan beberapa hari selanjutnya aku mendapatkan uang yang jumlahnya 2-3 kali lipat lebih besar. Woow, amazing. Kalau bukan karena kehendak Allah, lantas siapa yang mengaturnya?

Hal ini juga berkali-kali terjadi pada pilihan pertama yang selalu ‘gagal’ dalam pandanganku sebagai manusia. Pilihan studi yang berkali-kali melenceng jauh dari prediksi dan ekspektasi membuatku agak down untuk mencoba lagi. Sejak SMP, SMA, dan kuliah tak pernah aku mendapatkan apa yang aku inginkan, tetapi selalu yang tak kuinginkan atau bahkan yang ku anggap sebelah mata yang akhirnya menjadi takdirku selanjutnya. Lalu, setelah aku menjalani apa yang tak menjadi keinginanku..hanya satu yang bisa ku ucapkan yaitu Alhamdulillah. Bersyukur pada Allah, karena aku tak pernah berekspektasi apapun dan Allah mengatur begitu indahnya setiap kejadian dan pertemuan.

Kiranya memang benar ayat ini,

 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Diulang-ulang aja ayat ini. Dengarkan dan resapi, pasti deh kamu akan banyak bersyukur dan menemukan keajaiban di setiap kejadian dalam hidupmu. J Walaupun sebenernya, ayat ini berbicara tentang penetapan kewajiban jihad dari Allah SWT bagi kaum muslimin. Az-Zuhri mengatakan: “Jihad itu wajib bagi setiap individu, baik yang berada dalam peperangan maupun yang sedang duduk (tidak ikut berperang). Orang yang sedang duduk, apabila dimintai bantuan, maka ia harus memberikan bantuan, jika diminta untuk berperang, maka ia harus maju berperang, dan jika tidak dibutuhkan, maka hendaklah ia tetap di tempat (tidak ikut).”

Secara logika, mana ada sih orang yang mau perang atau jihad? Gak ada kan? Kamu juga kan pasti deh gak mau hehe. Tapi, Allah berfirman wallaahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun  (“Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”) Artinya, Allah Ta’ ala lebih mengetahui akibat dari segala sesuatu. Pada saat ini opini tentang jihad dan perang memang buruk bangeeet. Ya, identik dengan teroris dan Islam selalu dianggap agama yang menebar kebencian dan gak cinta damai. Eits, tapi kalau Allah yang udah nyuruh perang mau apa? Perintah berperang ya sama aja kaya perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan sebagainya. Jihad gak bisa dimaknai arti bahasanya aja yaitu bersungguh-sungguh, tetapi juga harus diartikan secara istilah yaitu perang. Yes, perang dalam artian sebenernya. Tetapi gak yang asal perang aja ya karena untuk berperang tetap ada syarat dan ketentuan berlaku.

doakan yaaa :) 

Oke, balik lagi soal pilihan ke-2 tadi. Intinya, coba renungkan dan resapi tentang kejadian hidup kamu yang kayanya banyak gagalnya. Ya, sama kaya aku lah, banyak banget gagalnya tetapi wait..kalau dipikir-pikir kamu beruntung banget soalnya kamu jadi orang yang berbeda. Kamu jadi orang yang lebih menghargai proses dan bersyukur. Kamu gak akan tau betapa berharganya hidup kamu kalau kamu gak nikmatin dan ngerelain semuanya atas kehendak Allah berbarengan dengan ikhtiar dan tawakal kamu. So, dari pada ngedumel karena pilihan hidup yang selalu gak sesuai ekspektasi dan marah-marah sama Allah karena seakan-akan doa kamu gak dikabulin, mending selebihnya bersyukur karena udah jadi diri kamu yang sekarang ini. Ya, diri kamu yang lebih dicintai Allah karena kamu bersyukur dan ikhlas dengan apa yang udah Allah kasih.

Inget aja, Allah tuh pasti ngabulin doa kamu. PASTI 100 %. Ada tiga cara Allah mengabulkan doa manusia yaitu, doa yang secara langsung dikabulkan, doa yang dikabulkan dengan cara digantikan dengan yang lebih baik, dan ada doa yang dikabulkan tetapi digantungkan di akhirat. Jadi, khusnudzan aja sama Allah, bukan berarti gak dikabulin tetapi Allah sedang menunggu waktu yang tepat buat kamu dan aku. Inget aja ayat ini,

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)

Last but not least, semoga kita selalu menjadi orang yang ridho dan ikhlas atas pilihan yang sudah Allah tetapkan untuk kita. Selalu bersemangat karena Allah bersama kita dan gak akan ninggalin kita sendirian. J

Dari sahabatmu

Rabu, 21 Desember 2016

#SaveAleppo


sumber : Scoopnest.com

Sebagai negara muslim terbanyak di dunia, sudah sewajarnya indonesia mengambil posisi atas apa yang terjadi di Aleppo. Walaupun kita dari ujung timur.

Walaupun Aleppo jauh di timur tengah tetapi kemanusiaan sesungguhnya melampaui batas dan sekat wilayah. Jangan dibatasi oleh apa yang disebut nasionalisme

Alih-alih menolong korban kemanusiaan di Aleppo, beberapa pakar pertahanan di Indonesia mengatakan "sudahlah, itu bukan urusan kita, urus saja laut cina selatan". Mereka tak peduli dan bahkan pesimis dengan posisi politik indonesia di mata dunia

Sudah saatnya Indonesia menunjukkan empati. Tunjukkan bahwa kita adalah negara mayoritas muslim yang punya taring. Tak hanya diam ketika saudara seakidah mendapatkan siksaan.

Masyarakat di Jerman berdemonstrasi di jantung kota berlin, belum lagi London dan beberapa negara di benua Eropa berteriak lantang "free Syria". Padahal mereka bukanlah muslim dan muslim di sana adalah minoritas.

Jangan lupa, umat Islam adalah satu tubuh. Walapun kita jauh di ujung timur, namun kita adalah negara mayoritas muslim yang seringkali disebut keberadaannya dalam doa-doa saudara kita di Aleppo.

From instagram 

@yulrachma

#savealeppo #aleppo #freesyria#prayforaleppo #aleppoisdying

Senin, 12 Desember 2016

Karena Aku Mencintaimu, Maka Biarkanlah Aku Memimpikanmu

         
sumber : kumpulanmisteri.com 


Suasana Madinah kala itu sungguh sejuk. Nampaknya banyak orang, tetapi aku fokus pada diriku dan keluargaku. Aku tak bisa memikirkan orang lain kala itu, aku hanya bisa menangis sepanjang jalan. Dengan jelas aku dapat melihat setiap bulir air mata yang jatuh dari ujung bola mataku. Aku terisak perih dan nafasku sesak. Aku haru.
           Perasaan haru tersebut masih ada ketika aku terbangun. Ya, ternyata aku bermimpi sedang berada di Madinah bersama keluargaku. Aku terisak dengan mimpi yang sebegitu indahnya. Aku letih menyusuri madinah untuk mencari seseorang, tetapi rasa letih terbayar dengan senyuman ketika aku melihat Rasulullah SAW berdiri dihadapanku.
            Kali ketiga aku bermimpi tentang seseorang yang sangat aku cintai, Rasulullah SAW. Entah datang dari jin, bunga tidur, atau sungguhan, aku pun tidak tahu. Yang jelas, ketiga mimpi tersebut masih bisa dengan jelas aku ingat walaupun waktu terus berlalu meninggalkan peraduannya. Mimpi pertama terjadi ketika aku masih SMA, kala itu aku bermimpi belajar tahsin pada Rasulullah SAW. Beliau mengenakan jubbah berwarna hijau dan besar, namun wajahnya tidak nampak. Mimpi kedua terjadi ketika aku studi sarjana dan bermimpi melihat makamnya, dan aku menangis.
            Mimpi ketiga terjadi ketika aku studi master. Ya, beberapa waktu belakangan ini. Dalam mimpi tersebut, aku dan keluargaku sedang berada di Madinah untuk melaksanakan umroh atau haji, namun sepanjang melaksanakan ibadah tersebut aku menangis. Aku merasa penuh dosa, hingga menangis tersedu-sedu tak karuan. Aku mencari ampunan Allah kesana kemari dan khawatir jika Allah meninggalkanku dan tidak mengampuniku. Sungguh sangat merugi jika hati ini tidak terpaut pada Sang Pencipta. Di kala aku menangis dan terus menangis, baginda Rasulullah SAW berdiri dihadapanku. Aku berlutut tak bisa berkata apa-apa. Sungguh, aku malu bertemu beliau dan tak bisa mengucapkan apapun kecuali menunduk dengan badan yang gemetar.
            Beliau menemuiku dan menanyakan keadaanku. Dalam mimpiku, Rasulullah bertanya, “jika aku bisa mengabulkan keinginanmu, apa yang ingin kamu minta?”, aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Dalam episode itu, aku tidak bisa melihat wajah Rasulullah SAW sama seperti dua mimpiku yang lain. Aku hanya bisa melihat tubuhnya dan jubah putih yang ia kenakan pada waktu itu. “Ya Rasul, aku hanya meminta syafaatmu di yaumul masyhar,” ku jawab dengan harap. Rasul menjawab “Doamu terkabul”. Seketika aku bangun, dan waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Masya Allah, fragmen mimpi yang sangat singkat namun berhasil membuat lidahku kelu baik pada saat mimpi itu maupun ketika aku terbangun. Aku begitu haru.
            Aku hanya perempuan akhir zaman yang tidak memiliki kecerdasan dan jauh dari predikat shalihah. Namun, berkesempatan berada di dekatnya saja sudah membuatku bahagia. Ah, mungkin hanya bunga tidur atau gangguan jin saja untuk melalaikan manusia. Mengira bertemu Rasulullah SAW, padahal itu adalah sesosok yang menyamar untuk membahagiakanku sejenak. Jika hanya bunga tidur, namun rasa syukurku tidak pernah berkurang. Kecintaanku akan terus mengalir sebagaimana Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya di kala mautnya sudah dekat. Aku memang bukanlah Khadijah atau Aisyah yang mencintai Rasulullah SAW dengan sempurna hingga sanubarinya yang terdalam. Mungkin saja cintaku masih sebatas tenggorokan yang bahkan tak tercermin dalam perilaku yang jauh dari kata teladan. Ya Rasul, aku tak sempurna. Cintaku hanya sebatas bibir, namun aku akan berusaha menjadi Aisyah atau Khadijah yang mencintaimu hingga Allah SWT mengizinkanku bertemu denganmu nanti di yaumul masyhar. Terimakasih telah hadir dalam mimpi seorang perempuan yang penuh dengan kesalahan ini dan bisakah malam nanti kita bertemu lagi?


Selamat Maulid Nabi SAW

12-12-2016