sumber : kumpulanmisteri.com
Perasaan
haru tersebut masih ada ketika aku terbangun. Ya, ternyata aku bermimpi sedang
berada di Madinah bersama keluargaku. Aku terisak dengan mimpi yang sebegitu
indahnya. Aku letih menyusuri madinah untuk mencari seseorang, tetapi rasa
letih terbayar dengan senyuman ketika aku melihat Rasulullah SAW berdiri dihadapanku.
Kali
ketiga aku bermimpi tentang seseorang yang sangat aku cintai, Rasulullah SAW.
Entah datang dari jin, bunga tidur, atau sungguhan, aku pun tidak tahu. Yang
jelas, ketiga mimpi tersebut masih bisa dengan jelas aku ingat walaupun waktu
terus berlalu meninggalkan peraduannya. Mimpi pertama terjadi ketika aku masih
SMA, kala itu aku bermimpi belajar tahsin pada Rasulullah SAW. Beliau mengenakan
jubbah berwarna hijau dan besar, namun wajahnya tidak nampak. Mimpi kedua
terjadi ketika aku studi sarjana dan bermimpi melihat makamnya, dan aku
menangis.
Mimpi
ketiga terjadi ketika aku studi master. Ya, beberapa waktu belakangan ini. Dalam
mimpi tersebut, aku dan keluargaku sedang berada di Madinah untuk melaksanakan
umroh atau haji, namun sepanjang melaksanakan ibadah tersebut aku menangis. Aku
merasa penuh dosa, hingga menangis tersedu-sedu tak karuan. Aku mencari ampunan
Allah kesana kemari dan khawatir jika Allah meninggalkanku dan tidak
mengampuniku. Sungguh sangat merugi jika hati ini tidak terpaut pada Sang
Pencipta. Di kala aku menangis dan terus menangis, baginda Rasulullah SAW
berdiri dihadapanku. Aku berlutut tak bisa berkata apa-apa. Sungguh, aku malu
bertemu beliau dan tak bisa mengucapkan apapun kecuali menunduk dengan badan
yang gemetar.
Beliau
menemuiku dan menanyakan keadaanku. Dalam mimpiku, Rasulullah bertanya, “jika
aku bisa mengabulkan keinginanmu, apa yang ingin kamu minta?”, aku hanya bisa
menangis tersedu-sedu. Dalam episode itu, aku tidak bisa melihat wajah
Rasulullah SAW sama seperti dua mimpiku yang lain. Aku hanya bisa melihat
tubuhnya dan jubah putih yang ia kenakan pada waktu itu. “Ya Rasul, aku hanya
meminta syafaatmu di yaumul masyhar,” ku jawab dengan harap. Rasul menjawab “Doamu
terkabul”. Seketika aku bangun, dan waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Masya
Allah, fragmen mimpi yang sangat singkat namun berhasil membuat lidahku kelu
baik pada saat mimpi itu maupun ketika aku terbangun. Aku begitu haru.
Aku
hanya perempuan akhir zaman yang tidak memiliki kecerdasan dan jauh dari
predikat shalihah. Namun, berkesempatan berada di dekatnya saja sudah membuatku
bahagia. Ah, mungkin hanya bunga tidur atau gangguan jin saja untuk melalaikan
manusia. Mengira bertemu Rasulullah SAW, padahal itu adalah sesosok yang
menyamar untuk membahagiakanku sejenak. Jika hanya bunga tidur, namun rasa syukurku
tidak pernah berkurang. Kecintaanku akan terus mengalir sebagaimana Rasulullah
SAW mengkhawatirkan umatnya di kala mautnya sudah dekat. Aku memang bukanlah
Khadijah atau Aisyah yang mencintai Rasulullah SAW dengan sempurna hingga
sanubarinya yang terdalam. Mungkin saja cintaku masih sebatas tenggorokan yang
bahkan tak tercermin dalam perilaku yang jauh dari kata teladan. Ya Rasul, aku
tak sempurna. Cintaku hanya sebatas bibir, namun aku akan berusaha menjadi
Aisyah atau Khadijah yang mencintaimu hingga Allah SWT mengizinkanku bertemu
denganmu nanti di yaumul masyhar. Terimakasih telah hadir dalam mimpi seorang
perempuan yang penuh dengan kesalahan ini dan bisakah malam nanti kita bertemu
lagi?
Selamat Maulid Nabi SAW
12-12-2016
Assalamualaikum wr.wb,apakah ini kisah nyata pengalaman pribadi,sungguh luar biasa kalau bisa bermimpi bertemu Rasulullah,saya pribadi pun ingin sekali...syukron atas jawabannya...
BalasHapusIya, pengalaman pribadi. Semoga bisa bertemu dengan Rasulullah juga ya, walau di mimpi
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMasha Allah,indah pastinya apakah bisa di gambarkan dengan kata kata ....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAmin ya rabbal alamin....
BalasHapusAmin ya rabbal alamin....
BalasHapus