Puisi yang berjudul “Stopping By Woods on a Snowy
Evening” karya Robert Frost menunjukkan adanya ambiguitas identitas dari
akuliris beserta keterkaitannya antara peralihan zaman romantisme ke modern
melalui penyajian metafora dan diksi. Dalam hal ini Robert Frost tidak hanya
menunjukkannya melalui akuliris sendiri, namun juga melalui teks puisinya. Kita
bisa melihat isu identitas yang disajikan oleh puisi ini sangat berpengaruh
karena posisi dari akuliris sendiri merupakan posisi peralihan atau dalam
kondisi in-between.
Puisi “Stooping by
Woods on a Snowy Evening” ini adalah puisi karya Robert Frost yang ditulis pada
tahun 1922. Puisi ini memiliki pola yang teratur dengan pola aaba-bbcd-ccdc-dddd. Dalam pola ini kita melihat adanya perbedaan
stanza ke empat dengan stanza yang lainnya. Stanza terakhir ini memiliki pola
dddd, yaitu sebuah pola yang sangat teratur. Ini menunjukkan bahwa puisi ini menyajikan sesuatu yang
bernilai di akhir stanza dengan penekanan rima dddd. Puisi ini menceritakan
tentang seseorang yang sedang menempuh perjalanan dengan menggunakan seekor kuda.
Ia melakukan perjalanan dalam rangka memenuhi janjinya pada seseorang di
wilayah yang lain. Dalam perjalanannya, ia melewati dan menyaksikan berbagai
pemandangan alam. Di tengah jalan, ia menemukan sebuah hutan dan berhenti
sejenak. Ia mulai menikmati pemandangan di sekitar hutan tersebut. Di hutan
tersebut, ia melihat rumah, peternakan, dan lain-lain. Namun, tiba-tiba Ia
teringat akan janjinya yang harus ditepati sehinga ia memutuskan untuk
melanjutkan perjalanannya. Sebenarnya, ia ingin tetap berada di tempat itu,
namun factor lain yang menyebabkan ia pergi adalah kudanya yang sepertinya
memang memberikan tanda untuk segera pergi dari tempat tersebut. Akhirnya ia pun melanjutkan
perjalanannya untuk memenuhi janjinya.
Dalam puisi ini,
kita dapat melihat keinginan akuliris yang sebenarnya tidak ingin beranjak dari
tempat itu, namun karena ia harus memenuhi janjinya, maka ia pun pergi dari
tempat itu. Ia rela meninggalkan keinginan atau hasratnya (desire) untuk tetap
berada di tempat itu dengan pilihan yang lain yaitu melanjutkan perjalanannya.
Dalam hal ini, kita melihat adanya pertentangan batin dalam diri akuliris. Ia
meninggalkan hasratnya untuk sesuatu yang ia anggap lebih penting.
Dalam judulnya,
“Stopping by Woods on A snowy Evening”, kita dapat membayangkan keindahan yang
dirasakan oleh akuliris. Ia melihat sebuah pemandangan dalam suasana yang
sangat indah. Dalam hal ini unsur yang berhubungan dengan alam menjadi sorotan
utama dalam puisi ini. Judul ini berarti adalah sebuah pemberhentian yang
dilakukan oleh akuliris sendiri. Judul ini nantinya akan mempengaruhi
keseluruhan isi dari puisi ini.
Dalam baris pertama “whose
woods these are I think I know”, kita melihat sebuah penekanan dalam kata these are, bukan lagi pertanyaan yang
menandakan dia ragu. Ketika dia ragu, dia akan bertanya dengan konstruksi
kalimat are these. Ini menandakan, ia
sudah mengetahui tentang kepemilikan dari hutan ini. Kita bisa melihat dalam
hal ini, ia adalah orang yang tidak mempunyai hutan, karena ia hanya lewat.
Namun kondisinya, ia tidak benar-benar berada diluar karena ia berada di dalam
hutan walaupun bukan miliknya. Ia berada dalam lingkungan pemiliknya walaupun
ia tidak memiliki. Dalam baris kedua disebutkan “His house is in the village
though”. Kita melihat, bahwa ia pun tidak memiliki rumah tersebut, namun ia
berada dalam kawasan pemiliknya yaitu hutan , sehingga dapat dikatakan ia pun
tidak berada diluar hutan tersebut.
Posisi ini
mengindikasikan bahwa ia berada dalam kondisi yang diantara atau in-between. Posisinya pun, ketika ia
menemukan sebuah hutan dan rumah,ia
tidak benar-benar berada di luar rumah dan hutan tersebut. Ia tidak
berada dalam rumah, namun berada dalam hutan yang merupakan satu kawasan dari
rumah tersebut. Dalam hal ini, batasan menjadi tidak jelas. Kata “his” dan “whose” merupakan kata yang
menunjukkan kepunyaan dan semakin menguatkan bahwa ia tidak memiliki hutan dan
rumah tersebut. Pengunaan kata yang menunjukkan kepunyaan ini muncul juga dalam
baris ke empat.
Sayangnya, ketika ia
berada dalam hutan tersebut, ia mengatakan bahwa “he will not see me stopping
here”. Dalam hal ini, kita tidak bisa menentukan apakah akuliris takut untuk
bertemu pemiliknya, atau memang ingin bertemu pemiliknya. Disini terdapat
ambiguitas yang disajikan oleh teks sendiri, sehingga memunculkan makna ganda.
Dalam empat baris
pertama, kita bisa menyimpulkan bahwa akuiliris lebih memunculkan kata-kata
yang bersifat alam, seperti woods, village, dan snow, termasuk juga dalam
judulnya. Hal ini tentunya mengingatkan kita pada zaman romantisme yang cenderung
pada hal-hal tentang alam, serta berbicara tentang masa lalu.
Frasa “My little
horse” (baris ke-5) dalam hal ini juga sangat penting, karena seekor kuda ini
berpikir bahwa ini semua adalah sesuatu yang aneh, “must think it queer”(baris
ke-5). Kuda ini ibarat pengingat yang mengingatkan akuliris bahwa ia mempunyai
suatu janji yang harus ditepati. Akibat rasa tidak nyaman dari si kuda , “to
ask if there is some mistake” (baris ke-10), maka akuliris pun melanjutkan
perjalannya.
Dalam puisi ini,
saya melihat bahwa adanya unsure ambiguitas identitas. Unsur tersebut dapat
terlihat dari rasa ingin tetap berada disini, namun ia akhirnya memutuskan
untuk pergi. Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa posisi dia selalu berada
diantara atau in between. Posisi yang
berada dalam kondisi ini memunculkan juga rasa ketidakpastian dari diri
akuliris. Penggunaannya, kita dapat lihat dari baris “he will not see me
stopping here” (baris ke-4) Dalam baris ke tiga ini, memunculkan ambiguitas
makna yang akhirnya memunculkan juga ambiguitas dari akuiliris tersebut. Disini
kita bisa menafsirkan bahwa akuliris ingin dilihat oleh si pemilik, atau bisa
juga sebaliknya, ia merasa takut untuk dilihat oleh pemiliknya. Tentunya, ini
memunculkan makna ganda bagi pembaca sendiri.
Dalam stanza
terakhir, sangat jelas ditampakkan bahwa akuliris akhirnya memutuskan untuk
pergi dari tempat itu, karena “…I have promises to keep” (baris ke-14). Dia merasa bahwa ia harus
segera meninggalkan pemandangan-pemandangan yang indah ini, dan ia pun
memutuskan untuk pergi karena ada suatu janji yang harus ia selesaikan, dan ia
merasa perjalanan nya begitu panjang. Ia merasa, bahwa ini bukan tempat dimana
ia seharusnya berada sehingga pergi dari tempat itu mungkin akan lebih baik
bagi dirinya. Ia rela mengorbankan hasratnya untuk berada di tempat itu, karena
merasa sesuatu yang lebih besar telah menunggunya ditempat lain.
Bhabha (1992) in The
World and The Home said that
“In that displacement the border between home
and world becomes confused; and, uncannily, the private and the public become
part of each other, forcing upon us a vision that is as divided as it is
disorienting.” (141)
Karena akuiliris berada dalam tempat yang seharusnya ia merasa tidak
disana, maka saya dapat mengatakan bahwa ia mengalami “displacement”. Dalam
kasus ini, batasan-batasan menjadi sangat tidak jelas. Contohnya batasan antara
rumah dan juga dunia menjadi sangat tidak jelas. Di sini, saya mengindikasikan,
walaupun puisi ini nampak sederhana, namun sebenarnya ia mengandung makna yang
cukup dalam. Kita bisa melihat dari metafora yang digunakan oleh Frost, yaitu
hutan. Hutan adalah sebuah tempat dimana pepohonan berada, tapi hutan ini
berlaku sangat “meaningful” bagi akuliris. Kita bisa melihat dari kutipan
berikut ini;
“Whose woods these are I
think I know” (baris 1,penekanan ditambahkan)
“To watch his woods fill up
with snow” (baris 4,penekanan ditambahkan)
“Between the woods and
frozen lake” (baris 7,penekanan ditambahkan)
“The darkest evening of the
year” (baris 8, penekanan ditambahkan)
“The woods are lovely, dark,
and deep” (baris 13, penekanan ditambahkan)
Di semua kutipan-kutipan tersebut kita bisa menilai metafora untuk hutan
tersebut. Dalam baris pertama, hutan telah dindikasikan milik seseorang yang ia
telah kenal sebelumnya. Akuliris dalam hal ini mungkin mempunyai kenangan yang
tumbuh bersama hutan tersebut, sehingga ia menyatakan bahwa ia mengetahui
pemilik dari hutan tersebut. Dalam baris ke empat, akuliris ingin menunjukkan
pada pembaca tentang keindahan dari hutan tersebut ketika tertutup oleh salju.
Ia seakan-akan ingin mengirim rasa indah tersebut pada pembaca. Namun, dalam
baris ke tujuh dan ke delapan. Kita bisa melihat bahwa hutan digambarkan memiliki
waktu malam yang sangat gelap. Disini saya melihat pertentangan penggunaan kata
hutan. Dalam baris-baris sebelumnya, hutan digambarkan menjadi suatu yang indah
dan menawan, sehingga ia memutuskan untuk berhenti sejenak dan melihat
pemandangan yang disajikan disekitar hutan tersebut. Kita bisa melihat bahwa
hutan yang dimaksud pastilah indah sekali, karena ia yang sedang berada dalam
perjalanan pun memutuskan berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan. Namun,
di bari selanjutnya di gambarkan bahwa hutan memiliki waktu malam yang sangat
gelap. Di baris ke tiga belas sendiri, kita dapat melihat kontradiktif yang
disajikan oleh Frost, ketika ia menuliskan bahwa hutan “are lovely, dark, and
deep” (baris 13). Disini, kita dapat melihat bahwa hutan digambarkan sebagai sesuatu
yang bagus dan indah dari penggunaan kata “lovely”, namun ia juga gelap “dark”
dan dalam/jauh “deep”. Ini merupakan 3 hal yang sangat kontradiktif. Sehingga,
di baris berikutnya ia memutuskan untuk pergi. Menurut saya, di awal-awal puisi,
ia sangat takjub terhadap kondisi hutan yang sangat menawan, namun di
akhir-akhir puisi, ia menyadari bahwa hutan tersebut tidak bagus dan indah
secara sempurna, ada kecacatan-kecacatan yang tersimpan di dalamnya.
Dari metafora hutan,
kita bisa melihat bahwa yang ingin di sampaikan Frost adalah bukan tentang
hutan sendiri, namun sesuatu yang lebih besar dari itu. Inilah yang disebutkan
bhabha sebagai “the border between home and world becomes confused”. Dalam sebuah
metafora rumah (home), saya mengindikasikan adalah sebuah hutan, dan dunia nya
(world) adalah zaman romantisme. Akuliris dalam hal ini, melihat sebuah rumah
menjadi sebuah peradaban yang besar. Sehingga batasan antara rumah dan dunia
pun sedikit membingungkan, karena ternyata metafora ini digunakan untuk
menyebutkan sebuah peradaban.
Kita bisa melihat hasrat dari
akuliris akan suasana alam atau natural yang digambarkan dalam awal bait puisi
ini. Ini sangat erat hubungannya dengan semangat romantisme yang berkembang di
Amerika Serikat pada abad ke-19. Aliran romantisisme ini sendiri merupakan
aliran yang mempunyai karakteristik untuk mengedepankan hal-hal yang bersifat
alam dan juga lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri. Hal-hal yang berbau
romantisme ini sangat kental pada bait-bait awal puisi ini.
Hal lain yang
disebutkan Bhabha adalah “private and the public become part of each other”.
Disini, kita bisa melihat bahwa ada pertentangan batin dari akuliris sendiri.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa cirri-ciri dari aliran
romantisisme adalah mengedepankan kepentingan sendiri. Kita bisa melihat upaya
dari akuliris menjadikan dirinya sebagai “privat” dari awal-awal bait puisi
ini. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak atas kemauan dirinya sendiri. Karena
akuliris mementingkan keinginan pribadinya, dan bersifat untuk menjadi
“privat”, maka ia memutuskan untuk berhenti sejenak. Namun, kita akan melihat
perbedaan diakhir puisi yang cenderung akuliris menjadi lebih”public” karena ia
ternyata memutuskan untuk pergi lagi karena adanya sebuah kewajiban yang mungkin
bersifat “public”. Akhirnya teks pun menunjukkan adanya keadaan tidak setuju
pada keadaan yaitu ditinggalkan kepentingan pribadi untuk ditukarkan atau
diganti dengan kepentingan yang lain. Hal ini dapat terlihat dari dua baris
terakhir yang berima dd, “[a]nd miles to go before I sleep”(baris 15) dan
“[a]nd miles to go before I sleep” (baris 16). Kita bisa melihat pentingnya dua
baris terakhir dari proses pengulangan dengan rima yang sama oleh Frost. Disini
menunjukkan bahwa akuliris memutuskan untuk pergi setelah menikmati pemandangan
yang disajikan disekitar hutan. Dalam hal ini, kita tentunya melihat bahwa
akuliris memang berada dalam masa
peralihan atau berada dalam kondisi in-between.
Ia tidak sepenuhnya berada dalam masa romantisme, namun ia pun tidak
sepenuhnya berada dalam zaman setelah romantisme yaitu modernism. Kita melihat
bahwa, akuliris mengalami perubahan perspektif dari yang tadinya merupakan
romantisme yang ditandai dalam puisinya menggunakan kata-kata bersifat alam
atau natural sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan nuansa alam tersebut,
dengan perubahan metafora hutan yang sangat mencolok, dari yang tadinya indah
kemudian berubah menjadi gelap dan dalam. Saya mengira mungkin zama romantisme
tidak lagi sesuai dengan kondisi zaman tersebut, sehinggan modernism mungkin
akan lebih sesuai. Orang-orang telah melihat kecacatan dari sisi romantisisme,
sehingga banyak orang yang memutuskan untuk meninggalkannya dan beralih pada
zaman modernism seperti yang digambarkan dalam puisi ini.
Dengan demikian, kita dapat melihat
adanya sebuah batasan yang tidak jelas antara hubungan “home” dengan “world”,
dan juga hubungan “privat” dan “public” dalam puisi ini. Hubungan-hubungannya
telah dijelaskan diatas melalui penggunaan metaforan dan diksi, terutama
terlihat dari kata hutan. Disini, ambiguitas identitas tidak hanya ditunjukkan
melalui aku liris yang bingung untuk menentukan arah tujuannya, namun teks
puisi sendiri menunjukkan adanya proses ambiguitas untuk ditafsirkan oleh
pembaca.
Referensi
Frost, Robert. Stooping By Woods on a Snowy Evening,
dalam buku Literature (structure, sound,
and sense) karya Laurence Perinne dan Thomas R. Arp hal.637
Bhabha,
Homi. The World and the Home. Social Text, No. 31/32, Third World and
Post-Colonial Issues (1992), pp. 141-153. Duke University Press